Meski Terbujur Lumpuh, Ustadz Ini Istiqomah Ajar Ratusan Anak-anak Baca Tulis Al Quran

 Meski Terbujur Lumpuh, Ustadz Ini Istiqomah Ajar Ratusan Anak-anak Baca Tulis Al Quran
 Meski Terbujur Lumpuh, Ustadz Ini Istiqomah Ajar Ratusan Anak-anak Baca Tulis Al Quran
KETIKA kita memiliki sikap peduli terhadap lingkungan, itu menunjukan bahwa kita mampu memberikan manfaat di tengah-tengah masyarakat. Bukankah banyak sekali orang yang sehat, akan tetapi ia enggan peduli terhadap lingkungannya?
Tapi tidak untuk sosok pria yang satu ini. Meskipun lumpuh dan terbaring di atas pembaringannya, pria ini sangat bersemangat untuk mengajarkan baca tulis Al-Quran. Kegigihan pria ini dalam mengajar Al Quran, menjadi semangat tersendiri bagi ratusan muridnya. Di atas pembaringannya, pria hebat ini mampu mengajari puluhan hingga ratusan murid. Siapakah sosok luar biasa ini?
Telah menderita lumpuh sejak usia 15 tahun, Ahmad Wahno, 60, adalah sosok pria inspiratif itu. Ujian ini tak membuat Wahno menyerah pada nasib begitu saja. Berbekal pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs), anak sulung dari 6 bersaudara tersebut, kini mengajarkan baca tulis Al-Quraan pada ratusan anak di Dusun Lemiring, Mojosari, Mojotengah, Wonosobo.
Wahno memulai kiprahnya mengajar baca tulis Al Qur’an semenjak 25 tahun yang lampau. Meski kondisinya sedemikian rupa, namun Wahno tetap berusaha untuk terus memberi manfaat kepada sesama. Meski semua itu hanya bisa dilakukannya dari atas pembaringannya.
Wahno, ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupannya yang telah digariskan oleh Sang Pencipta untuknya.
Wahno yang kini tinggal di rumah adik bungsunya, rutinf mengajar baca tulis Al Quran dimulai sejak pukul 13.00 hingga menjelang waktu ashar tiba.
Ketidakmampuannya untuk beranjak dari tempat tidur, membuat proses mengajar baca tulis Al Quran tersebut tak bisa dilakukan dalam satu ruangan.
Anak-anak berada di ruang tamu di bagian depan rumah, sedangkan Wahno tetap berada di kamar. Wahno menggunakan microphone sebagai alat bantu untuk memperbesar suara, agar bisa didengar oleh murid-muridnya.
Meski mengaku belum menjadi hafidz, Wahno tak kesulitan untuk membenarkan lafadz dan bacaan dari murid-muridnya ketika mereka membuat kesalahan.
Disela-sela waktu sebelum dan setelah mengajar, ternyata pria murah senyum tersebut memiliki kegiatan lain yang masih berhubungan dengan Al Qur’an, yaitu menulis kitab berisikan do’a-do’a harian dengan menggunakan huruf arab.
Sekilas, hasil tulisan tangannya tak berbeda dengan Al Qur’an cetakan, bahkan beberapa di antaranya tampak begitu bagus.
Mengingat kondisi tangan Wahno pun tak bisa dikatakan sempurna, selain tampak begitu sulit digerakkan, kedua telapak tangannya tak bisa membuka secara sempurna. Sehingga ketika melihat hasil tulisan tangannya, ia sempat sulit untuk mempercayainya sendiri.
“Saya membuat garis-garis pemandu lebih dulu, sehingga deretan tulisan bisa lurus dan lebih rapi”, urai Wahno saat ditanya bagaimana ia memulai menulis rangkuman do’a-do’a tersebut.
Setelah selesai dengan sebuah kitab yang disampul kertan berwana biru, kini Wahno juga tengah berupaya menyelesaikan satu lagi kitab do’a untuk panduan murid-muridnya. Semoga kisah ini menjadi pemacu semangat kita untuk terus berkarya dan berdakwah. 





Sumber Artikel: